Tuesday, February 26, 2013
Diagnosis dan Terapi Hipertensi Sekunder
Diagnosis hipertensi didasarkan pada pengukuran tekanan darah yang berulang. Pada umumnya diagnosis hipertensi diperlukan untuk mengetahui akibat dari hipertensi bagi penderita tersebut.
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tujuan antara lain:
• mengidentifikasi penyebab hipertensi,
• menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, bertanya penyakit, serta respons terhadap pengobatan
• mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan panduan pengobatan.
Harus diingat bahwa hipertensi dinyatakan berdasar pengukuran tekanan darah dan bukan pada gejala yang dilaporkan penderita. Seringkali hipertensi tidak memberikan gejala (asimptomatik) sampai terjadi atau telah terjadi kerusakan end organ.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau hipertensi primer (disebut juga hipertensi essensial atau idiopatik) dan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu hipertensi sekunder.
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 95% dari seluruh pasien hipertensi. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas.
• Hipertensi sekunder meliputi 5% dari seluruh penderita hipertensi yang penyebab dan patofisiologi dari penyakitnya diketahui. Oleh karena itu dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan. Hipertensi sekunder dapat terjadi antara lain karena:
o Ginjal (Glomerulonefritis, pielonefritis, tubulointerstisial nefritis, nekrosis tubular akut, kista dan nefrokalsinosis)
o Renovaskular (aterosklerosis, hiperplasia, thrombosis, aneurisma, emboli kolesterol, vaskulitis dan rejeksi akut sesudah tranplantasi).
o Adrenal (feokromositoma, aldosteronenisme primer dan sindrom Cushing).
o Aorta (koarktasio aorta dan arteritis takayasu).
o Neoplasma (tumor Wilm dan tumor yang mensekresi renin).
o Kelainan endokrin (obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, hiperparatiroidisme dan hiperkalsemia
o Saraf (stress berat, psikosis, tekanan intrakranial meninggi, stroke, ensefalitis dan sindrom Guillain Barre).
o Hipertensi yang dipicu oleh kehamilan.
o Obat-obatan dan toksin (alkohol, kokain, siklosporin, eritropoietin dan obat-obatan adrenergik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment