Thursday, February 28, 2013

Kalau Kulit Anda Sering Gatal-Gatal Hingga Menimbulkan bekas, Mungkin Saja Prurigo!




Prurigo merupakan penyakit kulit dengan lesi khas berupa papul atau nodul yang sangat gatal dan rekuren. Hiperpigmentasi dan penebalan kulit lebih sering ditemukan dalam bentuk lesi ekskoriasi serta krusta akibat sering digaruk.
Tempat yang sering terkena adalah badan dan bagian ekstensor ekstremitas.
Faktor-faktor predisposisi timbulnya prurigo terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain infeksi parasit, infeksi fokal, riwayat atopi, faktor imun, alergi makanan, penyakit kronis, keganasan, hormonal dan psikogenik. Faktor eksternal meliputi ektoparasit, kontaktan alergi, faktor fisik, sosial ekonomi, musim, status gizi, higiene dan sanitasi lingkungan.
Prurigo dapat terjadi pada semua golongan umur dengan proporsi lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria.
Beberapa literatur mengklasifikasikan prurigo secara berbeda. Terdapat literatur yang mengklasifikasikan prurigo menjadi prurigo nodularis, prurigo pigmentosa, prurigo hebra, prurigo pada masa kehamilan, prurigo dermografi, prurigo aktinik dan prurigo kronis pada orang dewasa. Literatur lain mengklasifikasikan prurigo menjadi prurigo simpleks dan dermatosis pruriginosa. Dermatitis pruriginosa meliputi strofulus, prurigo kronis multiformis lutz dan prurigo hebra. Selain itu masih ada prurigo nodularis yang sebenarnya tergolong salah satu bentuk neurodermatitis.
Sel mast dan neutrofil pada penderita prurigo ditemukan lebih banyak dibandingkan orang normal namun produk degranulasi tidak meningkat. Produk granula protein seperti protein dasar besar, protein kation eosinofilik dan neurotoksin derivat eosinofil mengalami peningkatan jumlah yang signifikan. Nervus papilar dermal dan sel merckel yang merupakan nervus sensori pada lapisan dermis dan lapisan epidermis dan peptida yang berhubungan dengan gen kalsitonin serta nervus imunoreaktif substansi P mengalami peningkatan jumlah pada prurigo nodularis. Neuropeptida ini akan memediasi inflamasi neurogenik kutaneus dan pruritus. Interleukin dan sel T derivat sitokin yang menyebabkan pruritus berat.
Penatalaksanaan prurigo terbagi dua, yaitu umum dan khusus. Penatalaksanaan secara umum yaitu mencari faktor predisposisi untuk selanjutnya dihindari atau diobati. Sedangkan pengobatan khusus biasanya simptomatik baik sistemik maupun topikal. Penderita prurigo diberikan obat untuk mengurangi gatal sehingga siklus gatal dan menggaruk dapat dihentikan. Secara topikal penderita diberi antipruritus seperti sulfur 5-10% dalam bentuk bedak kocok atau salep, mentol 0,25% atau kamper 2-3%. Antibiotik topikal diberikan bila terdapat infeksi sekunder. Steroid topikal kadang dapat diberi bila kelainan tidak begitu luas. Antihistamin peroral dapat menghilangkan rasa gatal atau dengan pemberian sedativa seperti antidepressan trisiklik yaitu doksepin. Selective serotonin reuptake inhibitor juga direkomendasikan untuk menghilangkan rasa gatal yang terjadi sepanjang hari.

Tuesday, February 26, 2013

Entropion, Diagnosis dan Tatalaksana





Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra kearah dalam, bisa bilateral maupun unilateral. Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion involusional biasanya ditemukan lebih sering pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma. Faktor penyebab entropion yaitu kelemahan horizontal kelopak mata, lemahnya retraktor kelopak mata inferior, pemendekan vertikal lamella posterior kelopak mata dan spasme atau overaktivitas otot oerbikularis okuli.
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :
- Entropion Kongenital
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan dan biasanya melibatkan kelopak mata bawah. Entropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasme. Pada entropion kongenital dapat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea sementara pada epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus. Faktor perkembangan yang berhubungan dengan kelainan yang jarang ini adalah disgenesis otot retraktor kelopak mata bawah, defek struktur lempeng tarsus, hipertrofi muskulus orbikularis okuli bagian pretarsal dan memendeknya lamella posterior. Entropion kongenital sering juga menyertai kelainan pada system kardiovaskular, muskuloskeletal dan system saraf pusat. Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan tindakan pembedahan dengan cara membuang sebagian keci kulit dan orbikularis sepanjang bagian subsiliaris kelopak mata dengan menghubungkan retraktor kelopak mata dengan tarsus melalui sebuah sutura. Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan.

- Entropion Sikatrik
Entropion sikatrik disebabkan oleh kontraktur vertikal tarsokonjungtival dan rotasi interna dari tepi kelopak mata yang menyebabkan timbulnya iritasi pada mata akibat silia yang masuk ke dalam atau keratinisasi dari tepi kelopak mata. Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma), tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan trauma kimia). Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah.

- Entropion Spastik Akut
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis. Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler pada pasien dengan kelopak mata preoperatif tidak menyadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit menekuk ke arah bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan menyebabkan rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya. Taping pada kelopak mata, kauterisasi atau teknik penjahitan dapat digunakan sementara tetapi karena perubahan itu biasanya menetap sebainya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan entropion secara permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot orbikularis septal di sekitarnya.

- Entropion Involusional
Entropion involusional, yang khusus dibahas pada makalah ini adalah jenis entropion yang paling sering terjadi dan paling sering terjadi pada orangtua. Entropion involusional terjadi sebagai akibat dari proses penuaan dan biasanya melibatkan kelopak mata bawah. Penyebab dasar dari entropion involusional adalah lamella anterior otot orbikularis okuli bagian preseptal yang bergeser ke depan. Selain itu juga terdapat kelemahan otot retraktor, kelemahan kelopak mata inferior horizontal atau karena lempeng tarsus yang lebih pendek. Seiring dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik kelopak mata bawah. Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Karakteristik anatomi yang khas kelopak mata atas pada populasi Asia merupakan predisposisi entropion involusi kelopak mata atas.Entropion dapat disebabkan oleh satu faktor tunggal maupun gabungan dari berbagai faktor. Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui dengan kekuatan kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih dari 6 mm. Kelemahan ini juga bisa terjadi akibat penurunan kemampuan tegangan dari tendon kantus lateral dan medial. Normalnya retraksi kelopak mata bawah menahan tepi kelopak mata bawah pada acuan yang sesuai. Kelemahan retaktor kelopak mata (fasia kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior) menyebabkan tepi tarsus inferior ke depan dan tepi kelopak mata memutar ke dalam. Manifesatasi klinis yang mungkin tampak sebagai indikasi gangguan insersi retraktor adalah:
- garis putih subkonjungtiva beberapa milimeter di bawah tepi tarsal inferior menyebabkan perlekatan tepi retraktor,
- forniks inferior yang lebih dalam dari biasanya,
- ptosis pada kelopak mata bawah (kelopak mata bawah lebih tinggi daripada umumnya),
- pergerakan kelopak mata bawah ke inferior berkurang atau tidak ada sama sekali.

Migrasi orbikularis preseptal ke atas diketahui dengan mengamati orbikularis preseptal saat pasien menutup mata setelah memposisikan kembali kelopak mata pada posisi yang normal. Perubahan pada jaringan lunak orbital mungkin juga berperan menyebabkan entropion involusional melalui berkurangnya jaringan kelopak mata posterior. Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman, mata berair, mata merah, iritasi mata, gatal, fotofobia, blefarospasme, daya penglihatan yang menurun dan keluarnya lelehan mukus dari mata. Entropion hampir selalu disertai injeksi konjungtiva, erosi epitel kornea inferior dan trikiasis. Entropion kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat menyebabkan infeksi mata, trikiasis, abrasi kornea atau ulkus kornea.

Prosedur untuk memperbaiki entropion involusional kelopak mata bawah umumnya dibagi dalam 3 teknik, yaitu temporizing meazure, prosedur horizontal tightening dan perbaikan retraktor. Kombinasi prosedur sering digunakan untuk mengurangi kekambuhan trikiasis yang mungkin membutuhkan terapi khusus yang dihubungkan dengan perbaikan entropion atau sesudah itu jika terjadi trikiasis setelah memposisikan tepi kelopak mata ke tempat yang sesuai.
- Temporizing Meazure
Teknik sutura terkadang berguna pada teknik ini namun teknik ini dihubungkan dengan tingkat kekambuhan yang tinggi. Kauterisasi termal jarang berhasil srbagai cara memperkuat lamella anterior.
- Horizontal Eyelid Thigtening
Horizontal Eyelid Tightening pada kantus lateral menyeimbangkan kelopak mata dan sering memperbaiki entropion. Operasi pelepasan tarsal lateral biasanya berguna.
- Perbaikan Retraktor
Perbaikan dengan teknik sutura Quickert cepat namun sering hanya bersifat sementara dari insersi kembali retraktor. Ahli bedah dapat menggabungkan dengan prosedur Horizontal Eyelid Tightening untuk meningkatkan keberhasilan operasi. Pengembangan operasi dengan perbaikan defek retraktor kelopak mata bawah melalui insisi atau pendekatan transkonjungtival yang dimaksudkan untuk menyeimbangkan tepi bawah tarsus. Insersi kembali tarsus biasanya dikombinasikan dengan mengencangkan kantus lateral kelopak mata. Ketika insersi kembali retraktor dikerjakan dengan insisi kulit dan otot orbikularis dekat tepi tarsal inferior, bekas insisi membantu mencegah operasi tidak berhasil. Insersi kembali retraktor dilakukan dengan menghubungkan lapisan tarsus lateral. Perbaikan tiga faktor etiologi entropion involusional dihubungkan dengan pilihan pendekatan banyak teknik pembedahan.

How To Diagnosis Cerebral Thrombosis


NEUROLOGY MEDICAL RECORD

IDENTIFICATION Name : Mr. A
Age : 50 years
Sex : Male
Address : Jl. Srijaya Lorong Bersama No 1056, Alang-alang Lebar
Religion : Moslem
Admission date : May 21st, 2012

ANAMNESIS

The patient was admitted to Neurology department of Moh Husein General Hospital because of the weakness on his right arm and lower limb which happened suddenly.
± 21 hours before admission to the hospital, while resting, suddenly he felt weakness on his right arm and lower limb without decrease of consciousness. At that time, he didn’t experience headache, nausea and vomit, stiffness or disturbance of sensibility on the right side. The weakness between his right arm and lower limb was similiar degree. The patient is right handed. He could express by speech, hand writing and geasture. The patient understood other people’s mind which was expressed by talking, writing and giving sign. When he talked, his mouth deviate and experience slurred speech. He had no complain about urination and defecation.
There are no previous history of headache in the morning, history of getting painless lession and self healing in the eksternal genital and his wife has no history of abortion in > 16 weeks. There's no history of hypertension and diabetes mellitus. This illness was the first time for him.

PHYSICAL EXAMINATION
PRESENT STATE
Internal State
Sense : compos mentis
(E4M6V5
) Nutrition : adequate
Pulse : 86 beats/min
Respiratory rate : 20 times/min
Blood pressure : 180/100 mmHg
Temperature : 37,20C
Specific Examination
1. Chest X-Ray : normal chest
2. Brain CT-Scan
Head CT scan without contrast, axial slice, slice thickness 3 mm and 7 mm with brain window is found:
- Slight hypodense lession with uncertainty border in left corona radiata
- Sulci, fissura of sylvii and gyrii in good condition
- Gray and white matter differentiation are clear
- No deviation on midline
- Infrateritorial: pons, cerebellum are in good condition
- Ventricles and cysternae system is not narrow, magna cysternae is prominent
- Air cell pneumatitation for right and left mastoid is good
- Occuli bulbi and left and right retroorbita area are good
Conclusion: Infarct ischemic in left radiate corona.
DIAGNOSIS

A. Clinical Diagnosis :
1. Right hemiparesis spastic type
2. Right VII nerve palsy centre type
3. Right XII nerve palsy centre type
B. Topical Diagnosis :
Left interne capsule hemisphere
C. Etiological Diagnosis :
Cerebral thrombosis
DD: 1. Cerebral hemorrhage
2. Cerebral emboli
3. Cerebral thrombosis
MANAGEMENT

Therapy:
- bed rest
- low salt semi solid diet
- IVFD RL gtt xxx/M
- citicholine 2x250 mg IV
- aspilet 1x80 mg tab
- Vitamine of B1,B6,B12 3x1 tab
PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
CASE ANALYSIS

A. Topical diagnosis
1. Lession in left cerebral cortex hemisphere
Lession in left cerebral cortex hemisphere, the symtomps:
⁻ Motoric deficit (right hemiparesis)
⁻ Iritative symtomps (seizure on the right side)
⁻ Focal symtomps (The paralysis is not similiar )
⁻ Sensoric deficit on the paralysed side Right hemiparesis spastic type

The symtomps found in the patient
- No seizures on the paralysed side
- The paralysis of right arms and right lower limb are similiar
- No sensibility disorder on the right side body

So, the possibility of lession in left cerebral cortex hemisphere can be excluded.

2. Lession in left cerebral subcortex hemisphere

Lession in left cerebral subcortex hemisphere, the symtomps
⁻ Motoric deficit (hemiparese dextra)
⁻ Motoric aphasia Right hemiparesis spastic type

No pure motoric aphasia found in the patient
So, the possibility of lession in left cerebral subcortex cerebri hemisphere can be excluded.

3. Lession in left interne capsule hemisphere

Lession in left interne capsule hemisphere, the symtomps:
- Hemiparesis/hemiplegi typica
- Right VII nerve palsy centre type
- Right XII nerve palsy centre type
- The weakness in the paralysed side is similiar

The symtomps found in this patient.
So, the possibility of lession in left interne capsule hemisphere can be made.

B. Etiological Diagnosis
Siriraj Stroke Score:
SJ : (2,5 x level of consciousness) + ( 2 x Vomity) + ( 2 x Headache) + (0,1 x diastolic blood pressure) – (3 x atheroma marker) – 12 : (2,5 x 0 ) + ( 2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 90) – (3 x 0) – 12 : 0 + 0 + 0 + 9 – 0 – 12 : - 3

Conclusion : Non cerebral haemorrhagic
Differential Diagnosis Etiology:
1. Cerebral haemmorhagic
2. Cerebral emboli
3. Cerebral thrombosis

The symtomps found in the patient:
- Without unconsciousness
- Happen in resting time

So, etiological diagnosis cerebral thrombosis can be made.
Conclusion:
Etiological Diagnosis: cerebral thrombosis

Diagnosis dan Terapi Hipertensi Sekunder


Diagnosis hipertensi didasarkan pada pengukuran tekanan darah yang berulang. Pada umumnya diagnosis hipertensi diperlukan untuk mengetahui akibat dari hipertensi bagi penderita tersebut.

Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tujuan antara lain:
• mengidentifikasi penyebab hipertensi,
• menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskular, bertanya penyakit, serta respons terhadap pengobatan
• mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskular yang lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan panduan pengobatan.

Harus diingat bahwa hipertensi dinyatakan berdasar pengukuran tekanan darah dan bukan pada gejala yang dilaporkan penderita. Seringkali hipertensi tidak memberikan gejala (asimptomatik) sampai terjadi atau telah terjadi kerusakan end organ.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau hipertensi primer (disebut juga hipertensi essensial atau idiopatik) dan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu hipertensi sekunder.

Hipertensi primer meliputi lebih kurang 95% dari seluruh pasien hipertensi. Oleh karena itu, upaya penanganan hipertensi primer lebih mendapatkan prioritas.
• Hipertensi sekunder meliputi 5% dari seluruh penderita hipertensi yang penyebab dan patofisiologi dari penyakitnya diketahui. Oleh karena itu dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan. Hipertensi sekunder dapat terjadi antara lain karena:
o Ginjal (Glomerulonefritis, pielonefritis, tubulointerstisial nefritis, nekrosis tubular akut, kista dan nefrokalsinosis)
o Renovaskular (aterosklerosis, hiperplasia, thrombosis, aneurisma, emboli kolesterol, vaskulitis dan rejeksi akut sesudah tranplantasi).
o Adrenal (feokromositoma, aldosteronenisme primer dan sindrom Cushing).
o Aorta (koarktasio aorta dan arteritis takayasu).
o Neoplasma (tumor Wilm dan tumor yang mensekresi renin).
o Kelainan endokrin (obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, hipotiroidisme, hiperparatiroidisme dan hiperkalsemia
o Saraf (stress berat, psikosis, tekanan intrakranial meninggi, stroke, ensefalitis dan sindrom Guillain Barre).
o Hipertensi yang dipicu oleh kehamilan.
o Obat-obatan dan toksin (alkohol, kokain, siklosporin, eritropoietin dan obat-obatan adrenergik